Wednesday, September 30, 2015

Keluar angin dari faraj? Batalkah wuduk?

Keluar angin dari faraj? Batalkah wuduk? 

Wanita dan lelaki, anda harus ambil tahu, 

Telah disepakati oleh ulamak bahawa batal wudhuk jika yang keluar dari kemaluan itu (sama ada depan atau belakang) adalah benda-benda yang biasa keluar iaitu tahi, air kencing, air wadi, air mazi dan kentut. Adapun jika yang keluar ialah yang luar biasa (yakni jarang berlaku) seperti batu, darah atau sebagainya, para ulamak berbeza pandangan;

Pertama; menurut jumhur ulamak (iaitu mazhab Syafi’ie, Abu Hanifah dan Ahmad); batal wudhuk.

Kedua; menurut mazhab Maliki; tidak batal wudhuk.
Dinisbah kepada kemaluan hadapan, keluar angin darinya merupakan suatu yang luar biasa (jarang berlaku). Maka mengikut pandangan jumhur, ia tetap membatalkan wudhuk.

Bagi Imam Malik pula; tidaklah membatalkan wudhuk kerana bagi beliau; perkara-perkara yang jarang keluar melalui kemaluan tidak membatalkan wudhuk.Merujuk masalah puan, jika pandangan jumhur ulamak yang dijadikan panduan, maka wajiblah puan berhenti dari solat dan mengambil wudhuk semula dan kemudian mengulangi semula solat. Itu sekiranya masalah tersebut berlaku sekali-sekala kepada puan.

Adapun jika ia menjadi masalah berterusan kepada puan -yakni keluar angin itu tanpa menentu termasuk adakalanya waktu solat-, maka puan menghadapi keuzuran yang sama seperti wanita istihadhah (yakni wanita yang keluar darah penyakit dari kemaluannya tanpa henti) dan orang yang menghadapi masalah sulasul-baul (kencing tak putus).

 Apa yang perlu puan lakukan ialah;
1) Hendaklah puan menunggu waktu solat masuk terlebih dahulu
2) Apabila masuk waktu solat, ambil wudhuk sebagaimana biasa. Jika tengah mengambil wudhuk angin keluar dari kemaluan, jangan hiraukan dan teruskan wudhuk hingga selesai.
3) Setelah selesai wudhuk hendaklah puan segera menunaikan solat, tanpa menangguh lagi.
4) Jika semasa solat itu puan merasakan angin keluar dari kemaluan, tidak perlu berhenti solat. Solat terus spt biasa.
5) Setiap kali hendak solat fardhu, hendaklah puan memperbaharui wudhuk puan. Tidak harus memakai wudhuk yang sama kecuali untuk mengerjakan ibadah-ibadah sunat sahaja (iaitu solat-solat sunat, bacaan al-Quran dan sebagainya).

Untuk ibadah wajib, hendaklah diulangi semula wudhuk.

Firman Allah (bermaksud); ”Bertakwalah kepada Allah sehabis yang kamu mampu” (al-Quran). Maka, apabila puan telah melakukan ibadah mengikut yang termampu oleh puan, tidak perlulah puan merasa syak atau was-was lagi. Begitu juga, tidak perlu puan mengqadha semula solat yang dilakukan kerana puan telah berusaha melakukan apa yang terdaya dilakukan. Dalam kaedah fiqh ada disebutkan; “Orang dalam kepayahan harus baginya mengambil kemudahan”.
Wallahu a’lam.

Rujukan;
1. al-Fiqh al-Islami Wa Adillatuhu, Dr.Wahbah az-Zuhaili, jil. 1.
2. at-Tahzib Fi al-Fiqh as-Syafi’ie, Imam al-Baghawi, jil. 1.
3. al-Mughni, Imam IbnuQudamah, 1/138.
Oleh: USTAZ AHMAD ADNAN FADZIL Ahli Penal Syariah HPA

‪#‎istihadah‬ wajib solat macam biasa
Dan dalam fiqh perubatan tulisan Dr Muhamad Rafiqi Hehsan jugak ada mengajar langkah mengurangkan angin keluar dari faraj, antaranya
berdehem (batuk kecil) sekurang2nya 3kali selepas mmbuang air kecil. [Ini sunnah]
membasuh alat kemaluan dgn cermat dan sempurna
mengelap faraj hingga kering dan menutupi ruang kemaluan dengan tisu, kain ataupun yg dapat menutup ruang di sekitar faraj dengan rapat menggunakan tuala pelekat yang nipis dan bersih.
memakai seluar yg kemas supaya udara tidak boleh keluar masuk sebelum berwuduk dan menunaikan solat
‪#‎selain‬ itu anda/wanita boleh lakukan latihan kemutan.
InshaaAllah 

Monday, September 28, 2015

“Jangan kalian berlebih-lebihan, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan”

Allah Ta’ala berfirman,

وَلا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ
“Jangan kalian berlebih-lebihan, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan” (Al An

1. Tidak berhijab (menutup aurat).
Allah berfirman,

yang artinya: “Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu’min:”Hendaklah mereka menjulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka“. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang.” (QS. Al-Ahzab: 59).


Allah Ta’ala juga berfirman,

yang artinya: “Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya.” (QS. An Nuur: 31).

2. Menyambung rambut / memakai konde.
Dari Asma’ binti Abi Bakr, ada seorang perempuan yang menghadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu berkata, “Telah kunikahkan anak gadisku setelah itu dia sakit sehingga semua rambut kepalanya rontok dan suaminya memintaku segera mempertemukannya dengan anak gadisku, apakah aku boleh menyambung rambut kepalanya. Rasulullah lantas melaknat perempuan yang menyambung rambut dan perempuan yang meminta agar rambutnya disambung” (HR Bukhari no 5591 dan Muslim no 2122).

3. Mewarnai / menyemir rambut dengan warna hitam. (termasul laki- laki)
Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Pada akhir zaman nanti akan muncul suatu kaum yang bersemir dengan warna hitam seperti tembolok merpati. Mereka itu tidak akan mencium bau surga.” (HR. Abu Daud, An Nasa’i, Ibnu Hibban dalam shahihnya, dan Al Hakim. Al Hakim mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih. Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wa At Tarhib mengatakan bahwa hadits ini shahih).


Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, ”Pada hari penaklukan Makkah, Abu Quhafah (ayah Abu Bakar) datang dalam keadaan kepala dan jenggotnya telah memutih (seperti kapas, artinya beliau telah beruban). Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ubahlah uban ini dengan sesuatu, tetapi hindarilah warna hitam.” (HR. Muslim).

 4. Mencabut uban.
Dari ‘Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah mencabut uban. Tidaklah seorang muslim yang beruban dalam Islam walaupun sehelai, melainkan uban tersebut akan menjadi cahaya baginya pada hari kiamat nanti.” (HR. Abu Daud dan An Nasa’i. Syaikh Al Albani dalam Al Jami’ Ash Shagir mengatakan bahwa hadits ini shahih).

5. Memakai bulu mata palsu.
Fatwa: “…Menurut hemat saya, tidak diperbolehkan memasang bulu mata buatan (palsu) pada kedua matanya, karena hal tersebut sama dengan memasang rambut palsu, dan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam melaknat wanita yang memasang dan yang minta dipasangi rambut palsu. Jika Nabi telah melarang menyambungkan rambut dengan rambut lainnya (memasang rambut palsu) maka memasang bulu mata pun tidak boleh. Juga tidak boleh memasang bulu mata palsu karena alasan bulu mata yang asli tidak lentik atau pendek. Selayaknya seorang wanita muslimah menerima dengan penuh kerelaan sesuatu yang telah ditakdirkan Allah, dan tidak perlu melakukan tipu daya atau merekayasa kecantikan, sehingga tampak kepada sesuatu yang tidak dimilikinya, seperti memiliki pakaian yang tidak patut dipakai oleh seorang wanita muslimah…”

6. Bertabarruj.
Allah Azza wa Jalla berfirman,

yang artinya: “Dan janganlah kalian (para wanita) bertabarruj (keluar rumah dengan berhias dan bertingkah laku) seperti (kebiasaan) wanita-wanita Jahiliyah yang dahulu” [al-Ahzaab:33].

7. Merenggangkan / mengikir gigi.(termasuk laki-laki)
Dari Ibn Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang orang mencukur alis, mengkikir gigi, menyambung rambut, dan mentato, kecuali karena penyakit. (HR. Ahmad 3945 ).

Dari ibn Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan, “Semoga Allah melaknat orang yang mentato, yang minta ditato, yang mencabut alis, yang minta dikerok alis, yang merenggangkan gigi, untuk memperindah penampilan, yang mengubah ciptaan Allah. (HR. Bukhari 4886).


8. Memakai jilbab gaul / tidak memenuhi syarat hijab.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bahkan telah memperingatkan kita dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah:
“Ada dua golongan penghuni Neraka yang belum pernah aku lihat sebelumnya, yaitu suatu kaum yang membawa cambuk seperti ekor-ekor sapi betina yang mereka pakai untuk mencambuk manusia; wanita-wanita yang berpakaian (namun) telanjang, yang kalau berjalan berlenggak-lenggok menggoyang-goyangkan kepalanya lagi durhaka (tidak ta’at), kepalanya seperti punuk-punuk unta yang meliuk-liuk. Mereka tidak akan masuk Surga dan tidak dapat mencium bau wanginya, padahal bau wanginya itu sudah tercium dari jarak sekian dan sekian (perjalanan 40 tahun).” (Hadits shahih. Riwayat Muslim (no. 2128) dan Ahmad (no. 8673).

9. Memakai rambut palsu.
Memakai wig/rambut palsu hukumnya haram, karena termasuk menyambung rambut yang diharamkan. Seandainya tidak dianggap al-washl (menyambung rambut ), maka wig itu menampakkan rambut si wanita lebih panjang daripada yang sebenarnya sehingga menyerupai al-washl. Padahal wanita yang melakukannya dilaknat sebagaimana disebutkan oleh hadits: “Allah melaknat wanita yang menyambung rambutnya dan minta disambungkan rambutnya.” (HR. al-Bukhari no. 5941, 5926 dan Muslim no. 5530).


Perbuatan al-washl ini diharamkan, sama saja apakah si wanita melakukannya dengan izin suami atau tidak, karena perbuatan haram tidak terkait dengan izin dan ridha.

10. Mencukur rambut menyerupai laki-laki atau wanita kafir.
Potongan yang menyerupai potongan laki-laki maka hukumnya tidak di perbolehkan dalam agama islam, sebab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang kaum wanita yang menyerupai kaum pria. Sebagaimana disebutkan dalam hadis, dari Ibn Abbas radliallahu ‘anhuma, bahwa beliau mengatakan: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat kaum lelaki yang menyerupai wanita dan para wanita yang menyerupai lelaki.” (H.r. Bukhari)

11.  Operasi plastik untuk kecantikan.
 “Bagaimana hukum melaksanakan operasi kecantikan dan hukum mempelajari ilmu kecantikan?”
Jawabanya ,”Operasi kecantikan (plastik) ini ada dua macam.

Pertama, operasi kecantikan untuk menghilangkan cacat yang karena kecelakaan atau yang lainnya. Operasi seperti ini boleh dilakukan,

Kedua, operasi yang dilakukan bukan untuk menghilangkan cacat, namun hanya untuk menambah kecantikan (supaya bertambah cantik). Operasi ini hukumnya haram, tidak boleh dilakukan, karena dalam sebuah hadis (disebutkan), ‘Rasulullah melaknat orang yang menyambung rambut, orang yang minta disambung rambutnya, orang yang membuat tato, dan orang yang minta dibuatkan tato.’ (H.R. Bukhari).

 Barangsiapa yang tidak dapat memelihara penglihatannya, nescaya ia tidak akan dapat menjaga nafsunya!

Dan barangsiapa yg tidak dapat menjaga nafsunya, nescaya ia tidak akan dapat menjaga hatinya!

Dan barangsiapa yg tidak dapat menjaga hatinya, nescaya ia tidak akan dapat menjaga lidahnya!

Dan barangsiapa yg tidak dapat menjaga lidahnya, nescaya ia tidak akan dapat menjaga akhlaknya!

Dan barangsiapa yg tidak dapat menjaga akhlaknya, nescaya ia tidak akan dapat menjaga agamanya!

Dan barangsiapa yg tidak dapat menjaga agamanya, maka layaklah neraka ke atasnya!

— Imam Al-Ghazali
Wallahualam

Hati hati berpurdah jangan menyorok tapi terdedah

Purdah = Ustazah

Berpurdah atau berniqab, secara mudah akan dilabel sebagai ustazah.

Fikiran sebegini, dianggap betul pada sebahagian orang dan itulah yang mereka pegang zaman berzaman. Orang yang menganggap pernyataan ini betul, adalah orang-orang awam yang menilai segala perkara melalui zahiriah semata-mata. Seorang ustaz mesti pakai kopiah. Siapa yang selalu pakai serban, dia adalah ustaz. Siapa yang selalu pakai tudung labuh, dia adalah ustazah.

Sedang hakikatnya tidak begitu. Ustaz atau ustazah, boleh saja dilabel kepada sesiapa sahaja, apatah lagi jika yang dinilai hanyalah pakaian. Walhal, label itu tidak ada kena mengena dengan soal pakaian secara khusus. Ia berkait rapat dengan soal warak, zuhud, alim dan bijaksana pada seseorang. Semestinya, kemahiran dalam bidang agama adalah teras kepada kelayakan seseorang berada di tempat ustaz atau ustazah. Itu secara hakikat bukan semata-mata persepsi atau gelaran.

Namun perlu diingat. Mahu atau tidak, kita harus terima bahawa dalam masyarakat kita tidak semuanya mempunyai kefahaman agama yang baik. Masih ramai yang jahil dan tak kurang juga yang berlagak tahu – enggan mengaku jahil.

Maka kalau anda ingin memakai purdah atau niqab, sila ambil kira juga kefahaman masyarakat dalam menilai diri anda.


 Niqobis’ Alam Maya

Secara zahirnya, ada tiga kepelikan ketara yang sering saya lihat pada niqobis yang aktif di alam maya :

1- Bergambar.

Bergambar dalam jarak jauh dan jika tersiar pun, dalam saiz yang kecil pada saya tidaklah menjadi masalah. Jika jarak jauh dan saiz kepala pula hanya sebesar kepala mancis, tiada siapa yang akan tertarik. Yang kenal pun, tentulah kenalan rapat sendiri sahaja. Tetapi jika diletak dengan sebesar-besarnya, sehingga begitu jelas bulu mata yang lentik dengan sekeliling mata berhias celak, itu jelas sekali bertentangan dengan objektif memakai purdah itu sendiri. Meskipun hanya mata yang kelihatan, tetapi jika sejelas itu terpampang, sudah tentu bisa jua mencairkan hati anak adam. Anda sedang meletakkan magnet yang menarik fitnah. Apakah anda fikir jelingan mata anda itu bebas daripada virus fitnah wanitayang disabdakan oleh Nabi s.a.w ..?

2- Tabarruj

Ada beberapa ciri asas dalam tabarruj, antaranya adalah jenis pakaian yang boleh menarik perhatian lelaki ajnabi dan memakai bau-bauan yang kuat. Ramai niqobis yang seolah keliru dengan diri sendiri. Asalnya memakai purdah dan berbaju labuh untuk mengelak dari menarik perhatian atau menimbulkan fitnah, tetapi lama kelamaan seolah mengambil kesempatan pula ke atas pakaian labuh dan purdah. Daripada satu warna, menjadi banyak warna. Daripada kosong semata, jadi berhias pelbagai manik berkelipan pula. Sudahnya, makin lama makin pelik. Lebih pelik, tangkap gambar banyak-banyak dan masukkan dalam blog secara bersiri. Untuk apa?

3- Mendedahkan aurat

Sudah banyak dijelaskan di sana sini, bahawa menutup aurat itu bukan bermakna menutup rambut. Ada beza yang besar antara keduanya. Jika anda mahu ikut kefahaman sendiri, anda boleh tutup rambut dengan scarf sahaja. Tetapi jika anda mahu ikut Islam, anda wajib menutup seluruh rambut dengan melabuhkan tudung ke bahagian dada, serta memakai baju yang labuh dan tidak menampakkan bentuk badan. Barulah anda diiktiraf sebagai menutup aurat. Yang akan mengiktiraf itu adalah Allah, bukannya manusia. Tetapi saya lihat, ramai niqobis yang tidak mengupgrade disiplin pemakaian mereka sesuai dengan tuntutan syarak, sebaliknya menambah sehelai kain untuk menutup sebahagian muka pula. Ini pelik.

Dengan tabiat yang suka memakai t-shirt dan seluar jeans, dia menambah sehelai kain di muka lalu memanggil dirinya sebagai wanita berpurdah. Ini gharib. Ada juga yang bertudung silang ( tidak dilabuhkan ke dada ) tetapi memakai purdah. Ini juga gharib.

Dalam kesemua yang saya lihat dan perhatikan, saya fikir, sesiapa yang mahu memakai purdah, perlulah berhati-hati. Kenapa?

Pertama : Anda malu dengan manusia. Di dunia ini pun anda sudah merasa malu, kerana anda dilihat sebagai jahil dan aneh. Memakai serban tetapi berseluar pendek, ibaratnya begitu.

Kedua : Di akhirat kelak, anda akan ditanya oleh Allah atas apa yang anda pakai di dunia. Tidak cukup bab tidak menutup aurat dengan sempurna, ditambah pula dengan bab mengapa memakai sehelai kain di muka sedangkan perintah menutup aurat diabaikan. Dari satu hal bertambah jadi dua hal semata-mata kerana anda gatal tangan mahu memakai purdah tanpa terlebih dahulu menjelaskan niat kerana Allah. Itu cari penyakit namanya.

Justeru, sila berhati-hati jika ingin memakai purdah. Apabila anda meletakkan diri anda di tahap itu, maka mahu atau tidak, anda perlu menjadi sepertimana orang yang berada di tahap itu. Baik dari segi perkataan, perbuatan mahupun pemakaian. Sebenarnya, semua itu tidak akan membebankan anda pun jika anda benar-benar ikhlas memakai purdah. Tetapi jika sebaliknya, kekallah anda dalam ‘azab’ kegelisahan yang berpanjangan.

Fikir-fikirkanlah.

 Fenomena Niqobis

Di alam maya ini, lewat aktiviti berfacebookataupun berblogwalking, secara jujurnya saya melihat semakin ramai wanita yang memakai purdah atau niqab. Tak kurang juga yang menjadikan purdah dan niqab itu sebagai identiti mereka.

Apabila diperhati kepada apa yang dicatat di blog-blog mereka, semuanya cenderung mengajak pembaca kepada nilai ‘ubudiyyah kita kepada Allah. Banyak ayat-ayat tazkirah, firman dan sabda serta tidak kurang juga artikel-artikel agama yang disalin dari pelbagai sumber.

Sekali imbas, saya yakin jiwa mereka sangat lunak dengan agama.

Tetapi suatu keanehan yang paling ketara adalah sebahagian mereka mempunyai tabiat tidak sihat yang sangat bertentangan dengan sunnah berpurdah itu sendiri. Ini mencetus suatu kepelikan yang tidak kunjung sudah di hati saya. Dalam hal ini, saya mempunyai beberapa pendapat :

Pertama : berpurdah itu khilaf antara wajib ataupun sunat. Ada yang menganggap sebagai wajib maka dia mengharamkan wajahnya dari ditatap, dengan meyakini bahawa wajahnya itu juga adalah aurat seumpama rambut dan tangan. Manakala yang menganggapnya sebagai sunat, memakainya sebagai suatu alternatif menzahirkan komitmen ‘ubudiyyahnya kepada Allah. Golongan ini memakai purdah di tempat tertentu dan membukanya di tempat yang lain. Pada saya, selagi mana dianggap sunat maka tidaklah menjadi masalah. Cuma dari sudut istiqamah, ia kelihatan sedikit cacat.

Kedua : berpurdah itu suatu tahap yang hanya boleh dicapai selepas selesai tahap asas terlebih dahulu. Berpurdah itu umpama mengupgrade diri ke peringkat yang lebih baik. Tahap asas yang dimaksudkan itu adalah menutup aurat dengan sempurna, menjauhkan diri dari budaya tabarruj ( berhias diri dan menarik perhatian lelaki ajnabi ) serta mempraktikkan nilai-nilai akhlak seorang muslimah di dalam diri sendiri. Kesemua itu adalah perkara wajib yang telah disepakati dan bukan merupakan perkara khilafiah. Adapun berpurdah, tidak sampai ke tahap itu. Mudahnya, anda tidak boleh memakai baju lengan sekerat kemudian memakai purdah. Sebaliknya anda haruslah berpakaian menutup aurat dengan sempurna terlebih dahulu, barulah anda menambah dengan memakai purdah.

Ketiga : Tujuan memakai purdah bukanlah supaya diri anda tidak dikenali. Ia bukan soal ‘hadang muka’. Tujuannya adalah untuk mengelakkan anda dari menjadi perhatian lelaki ajnabi ataupun menimbulkan fitnah kepada mereka. Atas kesedaran ini anda memakai purdah demi menjaga maruah dan agama anda. Selaras dengan tindakan ini, anda tentunya akan sedaya upaya mengelakkan diri anda dari menjadi tatapan orang ramai, lebih-lebih lagi di alam maya. Adalah sesuatu yang aneh jika anda memakai purdah tetapi mengambil gambar sendiri dalam jarak yang cukup dekat kemudian diletakkan di facebookataupun blog dengan saiz yang begitu besar!



JAHIL

Itulah namanya simptom dari kejahilan. Jahil dari awal-awal mengorak langkah lagi, iaitu untuk apa anda memakai purdah? Ini kerana yang membezakan antara dua wanita yang memakai purdah adalah iman dan kefahamanmereka. Sedangkan kain sehelai itu bukankah neraca penentu taqwa ataupun tidak.

Ada yang memakai purdah kerana mahu kelihatan ‘mahal’. Ada yang memakai purdah kerana mahu menyorok kelemahan tertentu. Ada yang memakai purdah kerana mahu kelihatan lebih cantik atau mahu bergaya. Ada yang obses dengan trend dan fesyen. Ada yang obses dengan watak dalam filem atau drama ‘cinta Islamik’. Dan ada juga yang benar-benar memakai purdah kerana mengharapkan keredhaan Allah.

Nah. Sekarang anda di posisi yang mana?

C/p